Senin, 17 Februari 2014

Gunung Kelud meletus, Alhamdulillah Tulungagung aman :)


    Kelud. Gunung berapi yang terletak di perbatasan tiga kabupaten (Kediri,blitar,malang) barusan menjadi topi pembicaraan orang orang akibat abu vulkanik yang dikeluarkannya. Berita di televise menayangkan bahwa abu vulkanik mencapai kota Bandung yang jaraknya ratusan atau mungkin seribu kilometer dari Kelud.

    Namun ini sedikit cerita kecilku. Gadis asal Tulungagung yang tidak dilewati oleh abu vulkanik padahal jarak antara Tulungagung-Gunung Kelud hanya sekitar kurang lebih 40 kilometer-an.
    Hari itu hari Kamis, 13 Februari 2014. Aku dan teman sekelasku pergi ke Rumah Sakit Madinah yang terletak di kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung untuk mendapatkan motivator motivasi atau apalah itu di salah seorang dokter yang kebetulan teman dekat guru fisikaku.
    Sore itu, disana terasa begitu panas. Mengingat jarak antara Kecamatan Ngunut dengan Gunung Kelud hanya sekitar tiga puluhan kilometer, panas disana saat itu, seperti sedang menunjukka bahwa ini lho gunung kelud udah mau meletus!
    Kurang lebih pukul 17:50 aku dan teman teman sampai di sekolah, SMAN 1 Boyolangu. Sore itu, aku hendak segera pulang, namun tiga temanku, teman seperjuanganku di PMR menghampiriku dan Ismah dan mengajakku untuk ikut bertugas menjaga SBC. (SBC= Smuboy Basket Competetion, yang diadain sama sekolahku tiap setahun sekali dalam merayakan hari ulang tahun SMAN 1 Boyolangu). Endria sebagai koordinasi penjaga kesehatan memintaku untuk membantunya karena saat itu, hanya sedikit anak pmr yang bisa jaga.
    Akhirnya aku meng’iya’kan. Karena sedikit kasihan juga karena ingin sekali sekali lihat. Dan mungkin itu jaga pmr terakhir untuk aku mengingat aku sekarang sudah kelas 12. Jadi ceritanya aku jaga, pulang jam setengah 8, trs pulang cari makan sop sama ismah, trus pulang sampek rumah jam 8.
    Sampek rumah, mandi, dan lain lain  lalu nyoba buka buku matematika. Ntah Karena capek atau memang sudah ngantuk atau gimana, aku mencoba menulis tulisan di bukuku “buk, bangunin jam 2, aku belum sholat isya, jug abelum belajar” ku biarkan tulisan itu tertera agar terbaca ibuku, dan aku tidur.
    Dalam tidurku, aku bermimpi temanku Intan mengajakku ke posko kesehatan pengungsian gunung kelud, dan mengajaku untuk donor darah. Ntah dalam mimpi sepertinya aku sudah tidur lamaaaaa.
    Dan tiba tiba aku terbangun, terdengar suara gluduk gluduk yang terus berbunyi tanpa putus, ah mendung, jam berapa iniiiiii pikirku langsung membuka hp dan melihat jam yang tertera di pojok atas.
    23:12. Anjiiiiirrrrr aku baru tidur bentarrrrrrr pekikku, langsung memejamkan mataku. Namun entah saat itu, aneh. Biasanya cuaca mendung mebuatku mudah tertidur lelap. Nyatanya aku nggak bisa tidur. Merem-melek-merem-melek begitu terus. Suara gluduk yang terus bersahutan membuatku semakin takut. Tiba tiba aku memikirkan kelud.
    Jangan jangan…….
    Aku segera membuka hapeku yang membrowsing status kelud di google lewat hp. Jam segitu, tak ada berita apapun terbaru tetang status kelud. Akhirnya ku buang fikiranku tentang kelud, akhirnya ku pejamkan mataku.
    Belum ada semenit mataku terpejam, bunyi pintu ruang tamu membuatku membuka mataku lagi. Terdengar suara ayah yang sedang beranjak keluar rumah disusul dengan suara ramai orang orang. Saat itu sekitar pukul 00:00
    Aku beranjak dari kasur menuju kamar ayahibu, ibuku sedang tidur. Aku membangunkannya dan menanyakan apa yang terjadi. Buk di luar rame2 kenapa lho? Jangan jangan kelud meletus ucapku namun ibuku seperti baru tau yang terjadi langsung bangun. Ku tinggalkan ia di kamar dan aku beranjak keluar rumah.
    Ini Pak! Botoran hujan kerikil pak!
    Kelud erupsi mbledos
    Karangwaru wes hujan pasir pak
    Kedungwaru hujan pasir deres pak!
     Suara bapak bapak terdengar di depan rumah. Membangunkan Pak RT yang kebetulan rumahnya di dipan rumahku. Waktu itu, rumahku belum hujan. Suara gluduk masih terdengar.
    Iki lho pak! Botoran hujan kerikil
    Muncul kilat pak ndek ngunut, srengat, Kediri
    Kerikil pak udane wes ora pasir!
    Suara bapak bapak masih sahut sahut terdengar diiringi suara gluduk yang juga belum berhenti.
    Hingga akhirnya terdengar suara rintikan pasir yang jatuh di paving, tanah, dedaunan, genteng, orang orang kembali ke rumahnya masing masing menyelamatkan rambut dari pasir.
    Aku segera masuk ke dalam rumah dan segera menekan tombol nyala lalu menyetel chanel TVOne. Bersama ayah, ibu, dan adikku yang saat itu juga baru bangun, kami menonton TV bersama. Sekilas aku membuka twitter dan banyak sekali tweet tweet updetan tentang Gunung Kelud. #PrayforKelud
    Suara TV masih diiringi suara Hujan pasir yang jatuh di genteng, disertai suara gluduk saat itu, mencemaskan orang orang . Aku segera mengambil air wudhu dan sholat mengingat aku belum sholat isya, dan kulanjutkan sholat tahajut.
    Ayah ibu, dan adikku melanjutkan tidurnya. Aku? Aku harus melanjutkan belajar yang semalam tertunda. Dengan rintikan pasir, dengan gluduk, aku ditemani buku kimia. Belajar.. belajar.. belajar.. sungguh, aku berharap kala itu ada sms dari guru untuk mengabari bahwa sekolah akan libur hari itu. Sungguh.
    Jam setengah 3an atau jam 3 aku lupa. Suara rintik huan sudah tak terdengar, gluduk yang tadinya terdengar juga mulai hilang. Aku mengintip keadaan luar dari jendela.
    Allright! Halaman depanku penuh dengan pasir bercampur abu.
    Jam setengah lima, guruku mengabari bahwa hari itu tetap masuk. Tetap  masuk sekolah, dan tetap ada jam ke 0. Huh-,-
    Jam 5 pagi aku keluar rumah dan melihat sekitar. Halaman, jalanan, semua tertutup pasir. Kini perumahan tempat tinggalku bak perumahan yang diselimuti salju.
    Aku beranjak ke lantai atas ingin melihat keadaan di atas rumah. Dan benar benar wow. Diatas genteng diselimuti pasir yang bercampur abu. Rumahku benar benar seperti diselimuti salju.
    Jam 6 aku berangkat ke sekolah karena adanya jam ke 0 yakni pukul 06:15. Sesampainya di sekolah, aku ngakak, melihat lapangan basket yang semalam aku jagain SBCnya, yang semalem masih terlihat apik hiasannya, kini rata dengan pasir. HAHA benar benar seperti lapangan ski. Hehehehehehehehehehhhh
    Aku masuk kelas dan pelajaran seperti biasa.
    Kabar broadcast bbm membuatku cemas tentang berita erupsi susulan dari Gunung Kelud. Guru jam terakhir waktu itu Bu Nisa juga sepertinya tampak cemas walau tetap menahan kami untuk tetap di kelas.
    Di tengah KBM, Bu Nisa mengangkat telfon dan keluar kelas, tiba tiba Bu Nisa kembali dengan wajah cemas
    Hujan pasir lagi!! Cepet pulang wes!
    Ucap Bu Nisa saat itu, membuat seisi kelas panik. Panik nggak karuan bahkan aku sampai gemeteran mencari penutup hidung.
    Aku dan Tari beranjak keluar kelas memastikan keadaan sekitar dan melihat lihat. Aku bingung karena tidak melihat hujan pasir sama sekali. Hanya angin yang cukup besar sedang bertiup. Lumayan kencang membuat ornag orang takut.
    Astagaaa Bu Nisa bilang hujan pasir ternyata pasir di genteng yang jatuh kena angin dipikir hujan pasir. Ucap Tari nyengir aku langsung tertawa ngakak.
    Berjalan menuju parkiran aku pulang.
    Sekedar mencari tau situasi, aku browsing sana sini ternyata di Surabaya, Malang, Jogja, Semarang, Solo saat itu sedang hujan abu. Hujan abu membuat siswa siswa disana diliburkan.
    Haaahhh!!? Hujan abu? Aku kaget pikirku.
    Sampai pukul 1 siang tiba tiba kakak kelasku yang sekarang kuliah di ITB, Bandung menghubungiku menanyakan kondisi di Tulungagung. Di Tulungagung sama sekali nggak ada hujan abu. Hanya hujan pasir sekitar 3jam tadi pagi aja!
    Saudara saudara di Bojonegoro, Tuban, Lamongan, juga berbondong bondong menanyakan kabar. Padahal disini aman. Nggak ada hujan abu nggak seperti disana, sampai bandung yang terkena hujan abu.
    Benar benar Kuasa Allah. Kuasa Allah yang nggak terduga. Bandung yang jaraknya segitu jauhnya bisa terkena hujan abu. Sedangkan Tulungagung yang hanya sekitar 40+kilometer, nggak kenapa kenapa. Allahuakbar! Begitu besar kuasa Allah mengarahkan angin ke arah barat. Barat condong ke utara.  Sementara rumahku ada di condong barat selatan dari kelud. Andai anginnya belok dikiiit, aku nggak bisa bayangin apa yang terjadi disini.
    Barokallah! Allahuakbar! Alhamdulillah! Terimakasih yaAllah

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar