Kelud. Gunung berapi yang terletak di
perbatasan tiga kabupaten (Kediri,blitar,malang) barusan menjadi topi
pembicaraan orang orang akibat abu vulkanik yang dikeluarkannya. Berita di televise
menayangkan bahwa abu vulkanik mencapai kota Bandung yang jaraknya ratusan atau
mungkin seribu kilometer dari Kelud.
Namun ini sedikit cerita kecilku. Gadis asal
Tulungagung yang tidak dilewati oleh abu vulkanik padahal jarak antara
Tulungagung-Gunung Kelud hanya sekitar kurang lebih 40 kilometer-an.
Hari itu hari Kamis, 13 Februari 2014. Aku
dan teman sekelasku pergi ke Rumah Sakit Madinah yang terletak di kecamatan
Ngunut, Kabupaten Tulungagung untuk mendapatkan motivator motivasi atau apalah
itu di salah seorang dokter yang kebetulan teman dekat guru fisikaku.
Sore itu, disana terasa begitu panas. Mengingat
jarak antara Kecamatan Ngunut dengan Gunung Kelud hanya sekitar tiga puluhan
kilometer, panas disana saat itu, seperti sedang menunjukka bahwa ini lho gunung kelud udah mau meletus!
Kurang lebih pukul 17:50 aku dan teman teman
sampai di sekolah, SMAN 1 Boyolangu. Sore itu, aku hendak segera pulang, namun
tiga temanku, teman seperjuanganku di PMR menghampiriku dan Ismah dan
mengajakku untuk ikut bertugas menjaga SBC. (SBC= Smuboy Basket Competetion,
yang diadain sama sekolahku tiap setahun sekali dalam merayakan hari ulang
tahun SMAN 1 Boyolangu). Endria sebagai koordinasi penjaga kesehatan memintaku
untuk membantunya karena saat itu, hanya sedikit anak pmr yang bisa jaga.
Akhirnya aku meng’iya’kan. Karena sedikit
kasihan juga karena ingin sekali sekali lihat. Dan mungkin itu jaga pmr
terakhir untuk aku mengingat aku sekarang sudah kelas 12. Jadi ceritanya aku jaga,
pulang jam setengah 8, trs pulang cari makan sop sama ismah, trus pulang sampek
rumah jam 8.
Sampek rumah, mandi, dan lain lain lalu nyoba buka buku matematika. Ntah Karena
capek atau memang sudah ngantuk atau gimana, aku mencoba menulis tulisan di
bukuku “buk, bangunin jam 2, aku belum sholat isya, jug abelum belajar” ku
biarkan tulisan itu tertera agar terbaca ibuku, dan aku tidur.
Dalam tidurku, aku bermimpi temanku Intan
mengajakku ke posko kesehatan pengungsian gunung kelud, dan mengajaku untuk
donor darah. Ntah dalam mimpi sepertinya aku sudah tidur lamaaaaa.
Dan tiba tiba aku terbangun, terdengar suara
gluduk gluduk yang terus berbunyi tanpa putus, ah mendung, jam berapa iniiiiii pikirku langsung membuka hp dan
melihat jam yang tertera di pojok atas.
23:12. Anjiiiiirrrrr
aku baru tidur bentarrrrrrr pekikku, langsung memejamkan mataku. Namun
entah saat itu, aneh. Biasanya cuaca mendung mebuatku mudah tertidur lelap. Nyatanya
aku nggak bisa tidur. Merem-melek-merem-melek begitu terus. Suara gluduk yang
terus bersahutan membuatku semakin takut. Tiba tiba aku memikirkan kelud.
Jangan jangan…….
Aku segera membuka hapeku yang membrowsing
status kelud di google lewat hp. Jam segitu, tak ada berita apapun terbaru
tetang status kelud. Akhirnya ku buang fikiranku tentang kelud, akhirnya ku
pejamkan mataku.
Belum ada semenit mataku terpejam, bunyi
pintu ruang tamu membuatku membuka mataku lagi. Terdengar suara ayah yang
sedang beranjak keluar rumah disusul dengan suara ramai orang orang. Saat itu
sekitar pukul 00:00
Aku beranjak dari kasur menuju kamar ayahibu,
ibuku sedang tidur. Aku membangunkannya dan menanyakan apa yang terjadi. Buk di luar rame2 kenapa lho? Jangan jangan
kelud meletus ucapku namun ibuku seperti baru tau yang terjadi langsung
bangun. Ku tinggalkan ia di kamar dan aku beranjak keluar rumah.
Ini Pak!
Botoran hujan kerikil pak!
Kelud
erupsi mbledos
Karangwaru
wes hujan pasir pak
Kedungwaru
hujan pasir deres pak!
Suara bapak
bapak terdengar di depan rumah. Membangunkan Pak RT yang kebetulan rumahnya di
dipan rumahku. Waktu itu, rumahku belum hujan. Suara gluduk masih terdengar.
Iki lho
pak! Botoran hujan kerikil
Muncul kilat
pak ndek ngunut, srengat, Kediri
Kerikil pak
udane wes ora pasir!
Suara bapak bapak masih sahut sahut terdengar
diiringi suara gluduk yang juga belum berhenti.
Hingga akhirnya terdengar suara rintikan
pasir yang jatuh di paving, tanah, dedaunan, genteng, orang orang kembali ke
rumahnya masing masing menyelamatkan rambut dari pasir.
Aku segera masuk ke dalam rumah dan segera
menekan tombol nyala lalu menyetel chanel TVOne. Bersama ayah, ibu, dan adikku
yang saat itu juga baru bangun, kami menonton TV bersama. Sekilas aku membuka
twitter dan banyak sekali tweet tweet updetan tentang Gunung Kelud.
#PrayforKelud
Suara TV masih diiringi suara Hujan pasir
yang jatuh di genteng, disertai suara gluduk saat itu, mencemaskan orang orang
. Aku segera mengambil air wudhu dan sholat mengingat aku belum sholat isya,
dan kulanjutkan sholat tahajut.
Ayah ibu, dan adikku melanjutkan tidurnya.
Aku? Aku harus melanjutkan belajar yang semalam tertunda. Dengan rintikan
pasir, dengan gluduk, aku ditemani buku kimia. Belajar.. belajar.. belajar..
sungguh, aku berharap kala itu ada sms dari guru untuk mengabari bahwa sekolah
akan libur hari itu. Sungguh.
Jam setengah 3an atau jam 3 aku lupa. Suara rintik
huan sudah tak terdengar, gluduk yang tadinya terdengar juga mulai hilang. Aku
mengintip keadaan luar dari jendela.
Allright! Halaman depanku penuh dengan pasir
bercampur abu.
Jam setengah lima, guruku mengabari bahwa
hari itu tetap masuk. Tetap masuk
sekolah, dan tetap ada jam ke 0. Huh-,-
Jam 5 pagi aku keluar rumah dan melihat
sekitar. Halaman, jalanan, semua tertutup pasir. Kini perumahan tempat
tinggalku bak perumahan yang diselimuti salju.
Aku beranjak ke lantai atas ingin melihat
keadaan di atas rumah. Dan benar benar wow. Diatas genteng diselimuti pasir
yang bercampur abu. Rumahku benar benar seperti diselimuti salju.
Jam 6 aku berangkat ke sekolah karena adanya
jam ke 0 yakni pukul 06:15. Sesampainya di sekolah, aku ngakak, melihat
lapangan basket yang semalam aku jagain SBCnya, yang semalem masih terlihat
apik hiasannya, kini rata dengan pasir. HAHA benar benar seperti lapangan ski. Hehehehehehehehehehhhh
Aku masuk kelas dan pelajaran seperti biasa.
Kabar broadcast bbm membuatku cemas tentang
berita erupsi susulan dari Gunung Kelud. Guru jam terakhir waktu itu Bu Nisa
juga sepertinya tampak cemas walau tetap menahan kami untuk tetap di kelas.
Di tengah KBM, Bu Nisa mengangkat telfon dan
keluar kelas, tiba tiba Bu Nisa kembali dengan wajah cemas
Hujan
pasir lagi!! Cepet pulang wes!
Ucap Bu Nisa saat itu, membuat seisi kelas panik.
Panik nggak karuan bahkan aku sampai gemeteran mencari penutup hidung.
Aku dan Tari beranjak keluar kelas memastikan
keadaan sekitar dan melihat lihat. Aku bingung karena tidak melihat hujan pasir
sama sekali. Hanya angin yang cukup besar sedang bertiup. Lumayan kencang
membuat ornag orang takut.
Astagaaa Bu
Nisa bilang hujan pasir ternyata pasir di genteng yang jatuh kena angin dipikir
hujan pasir. Ucap
Tari nyengir aku langsung tertawa ngakak.
Berjalan menuju parkiran aku pulang.
Sekedar mencari tau situasi, aku browsing
sana sini ternyata di Surabaya, Malang, Jogja, Semarang, Solo saat itu sedang
hujan abu. Hujan abu membuat siswa siswa disana diliburkan.
Haaahhh!!?
Hujan abu? Aku kaget
pikirku.
Sampai pukul 1 siang tiba tiba kakak kelasku
yang sekarang kuliah di ITB, Bandung menghubungiku menanyakan kondisi di
Tulungagung. Di Tulungagung sama sekali nggak ada hujan abu. Hanya hujan pasir
sekitar 3jam tadi pagi aja!
Saudara saudara di Bojonegoro, Tuban,
Lamongan, juga berbondong bondong menanyakan kabar. Padahal disini aman. Nggak ada
hujan abu nggak seperti disana, sampai bandung yang terkena hujan abu.
Benar benar Kuasa Allah. Kuasa Allah yang
nggak terduga. Bandung yang jaraknya segitu jauhnya bisa terkena hujan abu. Sedangkan
Tulungagung yang hanya sekitar 40+kilometer, nggak kenapa kenapa. Allahuakbar!
Begitu besar kuasa Allah mengarahkan angin ke arah barat. Barat condong ke
utara. Sementara rumahku ada di condong
barat selatan dari kelud. Andai anginnya belok dikiiit, aku nggak bisa bayangin
apa yang terjadi disini.
Barokallah! Allahuakbar! Alhamdulillah!
Terimakasih yaAllah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar